Senin, 27 Juni 2011

TEKNIK PENAMBANGAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN INTAN

TEKNIK PENAMBANGAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN INTAN
MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Geologi Lingkungan dan Sumber Daya








Oleh, 
 AI MASTUROH
092170019
                                  


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
 TASIKMALAYA
2011

ABSTRAK
Pada umumnya bahan galian industri disetiap negara sudah dikenal dan sangat populer, baik dikalangan masyarakat kecil apalagi bagi para pengusaha yang banyak menyimpan investasi bagi usaha mereka sendiri. Salah satu bahan galian tersebut adalah intan.Intan merupakan batu permata yang banyak dicari oleh para penambang bahan galian, karena mempunyai nilai jual yang tinggi pula.Selain itu pula intan ini merupakan yang paling keras dalam tingkatanya, sehingga tidak dapat tergores oleh benda yang tajam sekalipun karena kekuatannya itu tadi.
Diantara bahan-bahan galian yang lainnya intan ini sangat susah ditemukan diberbagai wilayah di Indonesia maupun di negara lain. Kemudian para penambang tidak biasa memprediksi misal dalam satu lahan itu banyak mengandung intan. Dan untuk mencari itu semua memerlukan keahlian yang khusus untuk bidang itu sendiri. Intan pada umumnya dialam ini hanya ada dua jenis yaitu intan bening (intan mulia, intan permata), dan yang jenis keduanya  adalah intan hitam.
Sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan kita harus banyak memahami lebih detail lagi tentang pemanfaatan dari intan itu sendiri dan bahan galian yang lainnya. Sebab kita tahu bahwa yang namanya bahan galian sangat dibutuhkan oleh kita semua baik itu untuk perekonomian atau untuk kepentingan yang lainnya yang bersifat positif. Maka dari itu kita harus bisa memanfaatkan apa yang telah Tuhan anugerahkan kepada  kita semua. Dan harus tetap lestari agar persediaanya tidak cepat habis jangan terlalu di eksploitasi secara terus menerus yang dapat menyebabkan kerugian bagi semuanya.
Sehingga intan atau batu permata adalah bahan galian yang sangat diinginkan oleh hampir setiap orang karena keindahannya itu. Selain karena keindahannya juga intan ini mempunyai nilai yang bagus disetiap mata seseorang. Tetapi akan sulit bagi mereka untuk membedakan suatu intan yang betul-betul asli atau palsu karena intan akan diketahui asli atau tidaknya seseorang itu harus mempunyai pengalaman tersendiri sebab intan sudah banyak imitasinya.Banyak juga jenis-jenis intan yang langka atau masih sukar didapat di antaranya adalah: fabulist, titanium, linobat, nilam putih, sirkon, sirkonia, YAG,GGG, diamonair, djevalit, dan paronit yaitu sirkonia yang berasal dari Rusia. Dari macam-macam intan tersebut maka jelaslah bahwa semua itu harus dijaga agar tetap utuh dan tidak akan cepat habis kalau dieksploitasinya dengan ramah lingkungan. Lebih detailnya lagi tentang pengelolaan dan pemanfaatnya akan dibahas di bab II yaitu dalam pembahasan.
   
















BAB I
PENDAHULUAN
Batu permata atau kata lain yang populernya sering disebut intan.Intan ini terbentuk dari mineral-mineral anorganik. Mineral itu sendiri dapat di definisikan sebagai berikut yaitu bahan anorganik yang terbentuk secara alamiah, mempunyai komposisi yang tetap dan bentuknya hablur (struktur kristal) yang beraturan dan seragam pada batas volumenya.Sehingga saat ini intan atau batu permata merupakan salah satu macam mineral dari lebih 2000 mineral yang telah ditemukan di bumi ini.
            Mineral ini lebih dikenal lagi sebagai salah satu bahan galian, serta manfaatnya ini sangat berguna bagi kehidupan manusia khususnya. Begitu pula di Indonesia kedudukan bahan galian ini sangat penting sekali. Bahan galian batu permata ini tergolong kedalam bahan galian C yaitu bahan galian non strategis dan non vital.
Dan batu permata ini lumayan sulit ditemukan. Oleh karena itu kita sebagai pewaris dari alam seharusnya harus tetap menjaga alam kita agar terus lestari dan harus bisa mengeksploitasi bahan galian dengan seramah mungkin. Supaya persediaan bahan galian khususnya batu permata atau intan tidak akan habis.Jikalau sekarang persediaan batu permata dan bahan galian yang lainnya sudah hampir habis maka apa yang akan diwariskan kepada anak cucu kita kalau semua kekayaan bumi ini dihabiskan sekarang? Pasti akan sulit bagi kita selaku manusia untuk mempertanggung jawabkan atas apa yang telah terjadi.
Sehingga jawaban yang paling baiknya tidak lain harus dikurangi pengeksploitasian yang tidak ramah dengan lingkungan tadi. Mungkin akan terasa sulit untuk melakukan itu semua karena di zaman sekarang hampir  semua manusia tergantung pada bahan galian, baik itu permata maupun  galian yang lainnya. Sebab bahan galian itu semua merupakan kekayaan dari setiap negara yang mempunyai nilai jual yang sangat tinggi, serta hasilnya bisa dinikmati oleh masyarakat dan para pengusaha yang menyimpan dan mempunyai sahm besar.
Maka penulis membuat makalah yang sederhana ini untuk menganalisis tentang “ Teknik Penambangan, Pengelolaan dan Pemanfaatan Intan”. Dengan harapan kajian dalam makalah ini bisa memberikan pemahaman yang lebih untuk bisa memberi manfaat dan kegunaan bagi pembaca dengan adanya makalah ini. Namun, apa yang tertulis secara eksplisit dalam makalah ini tentu kurang memmadai untuk memenuhi harapan tersebut tanpa adanya kritik dan saran.Sehingga kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan dari rekan-rekan semua untuk memenuhi harapan yang dimaksud.  
















BAB I
PEMBAHASAN
Intan atau batu permata tergolong dalam bahan galian C. Bahan galian C ini yaitu bahan galian yang non strategis dan non vital. Golongan bahan galian C ini banyak sekali termasuk intan atau batu permata. Selain intan yang tergolong ke bahan galian ini diantaranya: Nitrat, nitrit, fosfat, talk, mika, grafit, magnesit, tawas, oker, kaolin, fledstar, gifsum, batu apung, trass, obsidian, marmer, batu tulis, batu kapur, dolomite, kalsit, granit, andesit, basalt, trakhit, tanah liat, dan yang terakhir adalah pasir. Itu semua adalah jenis bahan galian yang lainnya.   
Sejauh ini tidak diketahui asal dan arti kata intan atau batu permata yang dalam bahasa Inggris disebut diamond. Kata diamond yang diturunkan dari bahasa Belanda “diamant” sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti tidak terhancurkan. Intan juga merupakan satu-satunya batu permata yang mempunyai formula yang terdiri dari satu unsur yaitu karbon (C). Intan terbentuk bersamaan dengan pembekuan batuan ultrabasa missal peridotit dan kimberlit.
Kristalisasi intan pada kimberlite pipe terbentuk pada kedalaman 60 mil (kurang lebih 95 km) atau lebih dalam dibawah permukaan bumi dan pada temperatur 1.500-2.000 C. Intan mempunyai hablur dengan sistem kubus, umunya berwarna bening tetapi kadang-kadang berwarna kebiruan, kehijauan, kemerahan atau kuning, berat jenis 3,52 dengan kilap adamantin dengan garis tengah atom 1,54 A, kekerasan 10 skala Mohs atau 8.000-8500 knop. Ikatan atom karbon dalam kisi-kisi hablur mempunyai empat arah kelemahan atau bidang belah. Bila mendapat tekanan yang keras maka kristal ini akan terbelah meninggalkan permukaan atau bidang yang halus sejajar dengan bidang oktahedron.
Sifat ini sangat penting bagi pengrajin intan (lapidan) dalam membagi intan berbutir besar menjadi butir-butir yang lebih kecil serta dalam membuat bentuk dan mengasahnya. Sifat lain yang penting adalah dalam membiaskan dan memantulkan sinar. Sinar yang berbeda akan dibiaskan dan dipantulkan dan berbeda arahnya, karena adanya indeks bias. Sebagai contoh terhadap sinar merah mempunyai indeks bias 2,407, sedangkan indeks bias terhadap sinar ungu atau lembayung 2,465. Dispersi antara sinar merah dan ungu tercatat 0,058 ( = 2,465-2,407) dan antara sinar merah dan biru 0,048. Karena harga disperse yang sangat tinggi it maka intan kelihatan gemerlapan.
            Tiap-tiap batu mulia (termasuk intan) dicari dan dihitung berat jenisnya. Sesudah mengetahui nilai kerasnya,beratnya dapat dihitung dalam karat dari batu mulia itu. Karat untuk batu mulia (termasuk intan) adalah satuan berat yang setimbang dengan seperlima gram (1 karat = 0,20 gram). Satuan ini dipakai diseluruh dunia, oleh karenanya disebut karat metric. Jika kita timbang berat intan , tidak dikatakan berat intan itu satu gram, melainkan dikatakan lima karat intan.
Agar tidak salah pengertian, harap diketahui bahwa timbangan karat yang dipakai untuk batu mulia tidak sama dengan satuan karat yang dipakai untuk emas. Misalnya emas dinamakan 24 karat adalah jenis emas murni ( = 100% Au ). Emas disebut 18 karat mengandung 18/24 x 100% = 75% emas murni. Intan Indonesia terkenal karena intan yang paling keras dan paling berat dibandingkan dengan intan dari negara lain, mungkin dalam hal ini. Disebabkan intan Indonesia mempunyai bentuk kristal kembar.
            Di Indonesia intan sering terdapat sebagai endapan aluvial bersama dengan kuarsa, korundum dan sikron. Di Indonesia terdapat di Martapura (Kalimantan Selatan) dalam batuan yang disebut  Breksi Pemali dan di daerah Landak, Sekayan, Sanggau ( Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kecamatan Permata Intan ). Ditempat ini terdapat kampong yang bernama kampong Sungai Gula tempat pemukiman penambang intan tradisional.
Kebanyakan intan dari Kalimantan mempunyai warna. Warna yang digemari adalah warna Air Laut yang berwarna putih, agak kebiruan seperti air laut, yang berwarna lebih biru disebut Air Hujan harganya sangat mahal. Warna kuning merupakan intan yang paling murah. Semuanya ditemukan pada atau hasil dari endapan alluvial di sungai purba. Jenis endapan intan yang lain adalah endapan pipabreksi yang disebut endapan kimberlit, misalnya yang dijumpai di Kimberly (Afrika) dan Australia Barat.
Endapan kimberlit ini mempunyai ciri bahwa mineral olivin yang berasosiasi teelah mengalami proses serpentinisasi. Intan yang ditemukan di Kalimantan dan yang ukurannya paling besar adalah intan Trisakti dengan 166,72 karat. Jenis intan ini ditemukan di Kabupaten Cempaka tahun 1965. Intan ini digosok di Amsterdam.
Kemudian ditemukan penemuan jenis intan yang lainnya lagi di Galuh Cempaka berukuran 29,75 karat pada tanggal 18 Agustus 1969. Pada tahun itu juga ditemukan kembali intan Galuh Bulan berukuran 27,5 karat, sedangkan pada tanggal 27 November 1967 ditemukan intan Galuh Badu berukuran 26,50 karat di Kecamatan Bati-Bati, Kbupaten Tanah Laut dan pada tahun 1987 akhir ditemukan lagi intan dengan berat 50 karat berwarna kuning. Walaupun penelitian tentang intan tidak pernah brhenti, akan tetapi orang tidak pernah menemukan batuan asal intan.
            Meskipun semula Koolhoven tahun 1936 menduga asalnya dari Breksi Pemali, akan tetapi hingga saat ini pendapat itu belum bisa diyakini oleh semua orang. Intan ternyata tidak hanya ditemukan dalam endapan Pleistosen (dahulu disebut Diluvium), tetapi juga dalam lapisan berumur Eosen bahkan dalam Formasi Manunggul yang berumur Kapur Atas. Dengan demikian maka jelas intan setidaknya berumur Pra-Manunggul. Hingga sekarang intan digali dari endapan sungai yang berumur  Pleistosen hingga saat ini yang terdiri dari ukuran kerakal sampai lanau.     
Intan yang ditemukan di Indonesia baik untuk permata antara lain di daerah:
·      Riau: Sungai Siabu, Kmper, Bangkinang (berupa indikasi endapan alluvial).
·      Kalimantan Barat: Muara Mengkiang (sebagai rombakan pada endapanaluvial).
·      Kalimantan Tengah: Kampung Sungai Gula, Kecamatan Permata Intan Barito Utara (merupakan endapan intan letakan pada alluvial). Purukcau, Murungraya: Sei Pinang (semuanya merupakan endapan intan letakan pada alluvial). Pujo, cabang Sungai Bohot (berupa indikasi pada komplek batuan ultrabasa yang dikelilingi oleh batu pasir dan serpih yang mengandung batubara.
·      Kalimantan Selatan: Kabupaten Martapura, Simpang Empat (antara kampong Mataram dan Sungkai, pinggir Jalan. Raya Banjarmasin – Kandangan (terdapan andapan kerikil pada daerah dataran banjir, telah diusahakan oleh masyarakat.
·      Kalimantan Timur: Sekatak Bunyi (berupa indikasi pada endapan alluvial), Kabupaten Kutai, Kecamatan Longiran, Sungai Babi: Kabupaten Kutai sekitar Kampung Tionghoan cabang sungai sebelah kanan.     
B.         Teknik Penambangan
Pencarian intan dilakukan dengan cara membuat atau menggali lubang didalam tanah yang sudah tentu mengandung intan. Ada dua macam lubang yaitu lubang surut dan lubang dalam. Lubang surut kedalamannya antara satu sampai setengah meter sedangkan lubang dalam dapat mencapai sepuluh meter atau lebih. Untuk menghancurkan tanahnya pada mulanya hanya digali dengan tenaga manusia, tetapi saat sekarang sudah ada yang mempergunakan pompa semprot seperti yang sudah dilakukan di daerah penambangan rakyat di daerah Sungai Gula, Kecamatan Permata Intan.
Pemisahan tanah dengan intan dilakukan dengan dulang (= lingganan) yang terbuat dari kayu. Tempat mendulang batu dan tanah dinamakan pendulangan. Pendulangan yang ada disekitar Martapura ialah di Cempaka, Banyu Ireng, Ampar Tikar, Pendarapan dan Banjarbaru. Disekitar proyek Riam Kanan terdapat pendulangan Mandikapau, Awang Bangkal, Tiwingan, Rantau Bujur dan Rantau Alayung.Dimasa yang akan mendatang nanti kemungkinan penambangan intan akan dilakukan dengan cara atau menggunakan mekanik yang lebih canggih lagi untuk menggali intan tersebut.
C.        Pengelolaan dan Pemanfaatan Intan
Bahan galian yang tadi yaitu intan diasah dengan bentuk asahn fasit, misalnya berlian, markis, pendelop dan briolet. Di antara bentuk tersebut fasit berlian adalah jenis yang paling umum, sehingga intan yang demikian disebut pula dengan nama berlian. Di zaman sekarang banyak pedagang intan berlian membuat istilah intan dan berlian. Menurut para pedagang yang disebut intan adalah yang tidak gemerlapan atau Nampak suram, walaupun kedua permata itu sama-sama diasah dalam bentuk asahan fasit. Pendapat yang dilontarkan para pedagang tersebut sebetulnya tidak benar.
Bentuk asahan berlian bermacam-macam antara lain berlian Swiss (sederhana), berlian gunting, berlian raja (standar), berlian mawar, berlian magna, berlian bintang bersinar. Intan yang berukuran kecil biasanya diasah dengan menggunakan bentuk asahan berlian sederhana yang hanya mempunyai fasit meja, fasit mahkota dan fasit pavilium. Sedangkan intan yang berukurab besar diasah dengan menggunakan bentuk asahan berlian standar atau berlian lain yang mempunyai fasit meja, bintang, mahkota, sabuk atas, sabuk bawah, pavilion dan kulet.
Mengasah intan dengan menggunakan bentuk asah fasit, pengaturan sudut fasit sangat penting. Hal yang sama juga dengan sudut antara mahkota dan pavilion merupakan kunci gemerlapnya bagi intan yang bersangkutan. Perbandingan panjang, lebar dan tinggi juga merupakan factor yang harus diperhatikan. Apabila salah satu dari tiga factor tersebut dilupakan, maka intan tere=sebut kurang gemerlapan. Lebih-lebih apabila ketiga factor tersebut dilupakan, maka sebuah berlian akan nampak suram seperti sebuah potongan atau pecahan gelas yang kurang nilai jualnya.
Terdapat dua jenis intan yang beada dialam ini yaitu intan bening yang disebut intan mulia atau intan permata dan intan hitam yang disebut intan industri. Intan industry dipergunakan sebagai alat pemotong, dan pemoles misalnya sebagai mata gergaji, mata pahat bor, pemotong kaca, dan bubuk penggosok, pengasah dan pemoles. Jenis intan ini banyak dihasilkan oleh negara di Amerika Latin misalnya: Brasil, Bolivia, Argentina, Uruguay dan negara Afrika Selatan serta Afrika Barat. Adapula yang disebut intan Matara, yang sebenarnya mineral zirkon yang berwarna bening es, atau dengan kata lain ialah intan imitasi.
Walaupun sangat jarang, intan bening yang berwarna sering pula didapatkan misalnya berwarna kekuningan, kebiruan, kehijauan, kemerahan dan terkadang juga dijumpai dalam keadaan warna tua. Sehingga intan yang berwarna menjadi lebih sangat indah, tetapi jarang akibatnya harga menjadi lebih mahal. Ini dilakukan dalam reaktor atom dengan jalan neutronisasi atau penembakan dengan partikel atau elemen yang mempunyai atom berukuran sama. Misal warna hijau dengan menggunakan partikel radioaktif dari ikatan radium. Warna yang telah dihasilkan ini dapat diubah menjadi kuning atau coklat dengan pemanasan yang diatur. 
Intan ini termasuk batu permata yang jarang dan sukar ditemukan, sehingga dibuat suatu sintesis dan imitasina. Di antara intan-intan dan imitasinya yang terkenal dan banyak beredar di toko-toko permata adalah:
·      Fabulit (strontium fifanat), Titanium (rutil).
·      Linobat (litium niobat), Nilam Putih, Spinel Putih, Sirkon.
·      Sirkonia (sirkon kubus), Diamonair.
·      YAG (yttrium alumunium garnet).
·      YIG (yttrium ion garnet), GGG (gogolinium gallium garnet).
·      Djevalit (sirkonia Amerika Serikat).
·      Paionit (sirkonia Rusia).
Untuk membedakan intan asli dan palsu perlu pengalaman. Harga atau nilai sebuah intan ditentukan 4 faktor utama (bias disebut 4 C yaitu berat (carat), warna (colour), kejernihan atau kebersihan (clarity), dan bentuk ashan (cut). Intan dengan berat 0,5-2.0 karat sangat ideal karena mudah dijual, serta dipakainya tidak terlalu mencolok. Sedangkan intan berwarna meskipun dari warna buatan tetapi lebih berharga dan lebih mahal dari pada intan yang bening. Kejernihan sebuah intan diartikan bahwa intan tersebut tidak mengandung atau mempunyai cacat, termasuk  pengotoran seperti gelembung atau mineral lain. Berdasarkan derajat kejernihan ini, intan dibagi menjadi beberapa kelas sebagai berikut:





Pengotoran atau cacat yang dimaksud di atas adalah hanya dapat dilihat oleh ahli permata atau intan khususnya menggunakan alat laboratorium. Mungkin intan kelas 6 atau 7 dapat diuji dengan menggunakan pealatan sederhana misalnya “mikroskop birokuler”. Di samping klasifikasi tersbut, ada pula klasifiksi berdasarkan kejernihan yang digabungkan dengan warna serta dinyatakan dengan huruf dan angka seperti table 14 berikut:
Apabila dalam suatu sertifikat yang menyertai sebuah permata menyebutkan:   
AB 1-2            : Berarti intan yang bersangkutan putih jernih dan jernih
F-6      : Berarti intan yang bersangkutan berwarna bunga tanjung dan berbintik-bintik
AA3                : Berarti intan tersebut berwarna outih biru dan sangat sedikit mengandung pengotoran.
            Walaupun intan merupakan benda terkeras yang tidak mungkin tergores oleh benda-benda yang lain, namun memerlukan perawatan pula. Pemakaian yang terus menerus menyebabkan intan akan kehilangan gemerlapnya. Hal tersebut disebabkan oleh kotoran yang melekat pada permukaan fasit dan menghalang sinar yang menembus, dibiaskan seta dipantulkan.
Dalam hal ini perawatan dilakukan dengan mencuci dam membersihkan. Alat-alat yang diperlukan antara lain:
Ø  Sikat halus (missal sikat bulu mata)
Ø  Larutan yang terdiri dari 20 ons natrium bikarbonat (NaHCO3), 1 ons kaporit (CaOCI2), 1 ons garam dapur (NaCl) dan 16 ons air.
Yang harus diperhatikan ialah jangan sekali-kali melepaskan intan dari ikatannya, karena dapat menyebabkan intan tersebut menjadi cacat dan rusak. Apabila hal tersebut perlu diperbaiki, serahkanlah pada ahli permata. Dan apabila saat ini intan banyak dipakai sebagai perhiasan untuk keindahan dan status sosial seseorang , akan tetapi pada jaman dahulu intan ini dianggap sebagai barang yang sangat bertuah.
                                 




BAB III
SIMPULAN
Intan merupakan bahan galian yang sangat sukar untuk ditemukan. Intan atau batu permata ini pula mempunyai nilai jual yang lebih tinggi sehingga banyak orang yang tertarik dengan benda tersebut. Apalagi dari golongan orang-orang yang memiliki perekonomian yang baik atau bisa disebutkan golongan konglongmerat. Semakin intan itu berwarna maka nilai juga semakin tinggi sehingga banyak dijual di took-toko intan atau berlian yang imitasinya.Dan di ala m ini hanya terdapat dua jenis intan saja yaitu intan bening atau disebut intan permata dan yang satu lagi adalah intan hitam.
Jenis intan yini termasuk pada batu permata yang jarang dan sukar ditemukan. Sehingga dibuat sintesis dan imitasinya, di antara intan dan imitasinyayang banyak dan terkenal di took-toko adalah: fabulit, titanium, linobat, nilam putih, spinel outih, sirkon, sirkonia, diamonair, YAG (yytrium ion gamet), GGG (gogolinium gallium gamet), djevalit (sirkonia Amerika Serikat), dan yang terakhir paronit (sirkonia dari Rusia).    
Selain itu,  intan atau batu permata ini tergolong dalam bahan galian C yaitu bahan galian yang non strategis dan non vital. Dan intan juga merupakan bahan galian yang paling keras dan tidak dapat tergores sedikitpun oleh benda-benda tajam. Akan tetapi intan ini harus dirawat dengan sebaik mungkin sebab jikalau tidak dirawat maka gemerlapannya bisa hilang akibat kotoran yang menempel. Intan mempunyai urutan yang paling keras dari mineral-mineral yang paling lunak.  Berikut urutan mineralnya: Talk, gipsum, kalsit, flourit, apatit, ortoklas, kuarsa, topas, korund dan intan.
Untuk membedakan suatu intan asli dengan intan palsu itu perlu pengalaman. Harga atau nilai sebuah intan ditentukan oleh 4 faktor utama yakni biasanya disebut dengan 4 C yaitu: berat (carat), warna (colour), kejernihan dan kebersihan (clarity), dan bentuk asahan (cut). Kejernihan sebuah intan diartikan bahwa intan tersebut tidak mengandung atau mempunyai cacat, termasuk pengotoran seperti gelembung atau mineral lain.
Berdasarkan derajat kejernihan intan ini dibagi menjadi beberapa kelas yaitu dari tingkatan atau kelas 1 sampai kelas 7 yang paling terbawah. Di Indonesia lumayan cukup banyak juga daerah yang dapat menghasilkan intan. Contohnya saja intan banyak ditemukan di Riau (Sumatera), Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Dan masih banyak lagi bahan galian yang lainnya yang terdapat di Indonesia.
Penambangan intan ini dilakukan dengan cara menggali lubang didalam tanah yang sudah barang tentu didalamnya mengandung intan. Dalam penambangan intan ada dua macam lubangyaitu yang dinamakan dengan lubang surut dan lubang dalam. Lubang surut ini mempunyai kedalaman antara satu sampai setengah meter sedangkan lubang dalam dapat mencapai sepuluh meter ataupun lebih dari itu. Sehingga dengan adanya intan di negara kita itu menambah nilai kekayaan yang berada di Indonesia, serta kita harus memenfaatkannya dengan sebaik mungkin.   











DAFTAR PUSTAKA
Skiner, B.J., 1976. Sumber Daya Bumi. Gadjah Mada Universitay Press.  
         Yogyakarta.
An, P.K. dan Kay, H.S., 1993, Rahasia Batu Permata. PT. Mandira. Semarang.
Pengantar Geologi.